Ada pengalaman yang menarik, saat saya terjun pertama kali di kancah penerbitan, dengan menerbitkan buku karya sendiri alias “self publishing”. Buku tersebut berjudul: “Kiat Sukses Mengikuti SERTIFIKASI GURU”, yang memang diperuntukkan bagi guru-guru yang sedang bersiap mengikuti program sertifikasi. Buku yang naik cetak pada akhir Desember 2007 yang lalu itu, memiliki kisah yang agak unik. Buku tersebut merupakan karya kedua saya, namun pengalaman pertama bagi saya di “self publishing”.
Sebelum menentukan percetakan mana yang diberi order, saya sempat survey sekitar 5 percetakan, semua di kawasan Kota Malang. Dari sejumlah percetakan tersebut, harga atau biaya cetak buku yang ditawarkan amat bervariasi.
Variasi harga cetak buku ini, terkait dengan berapa eksemplar buku tersebut dicetak, ukuran buku gimana, kertas ukuran berapa gram dan beragam tetek mbengek yang lain. Termasuk di halaman dalam ada gambar atau tidak, jika ada gambar maka gambar tersebut warna atau tidak dll.
Singkat kata, buku yang saya terbitkan yakni memiliki spesifikasi: ukuran 19 cm x 12,5 cm, tebal 144 halaman, kertas dalam 80 gram, cover full color dan halaman dalam tidak ada foto.
Dari spesifikasi tersebut, harga cetak buku yang ditawarkan amat timpang. Jika buku tersebut dicetak 500 eksemplar maka biaya cetaknya relatif tinggi yakni Rp 8.500 per-eks. Jika dicetak 1.000 eksemplar harganya Rp 6.000 per-eks. Namun jika dicetak 2.000 eksemplar atau lebih, maka harga cetaknya menurun hingga tinggal Rp 4.500 per-eks.
Mengapa demikian ? Hal ini karena saat cetakan pertama, harus menanggung biaya plat atau biaya master cetak.
Karena itu akhirnya saya pilih cetak 2.000 eksemplar, namun kini sudah hampir habis. Pekan lalu saya cetak ulang (cetakan kedua), dan Sabtu siang tadi sudah selesai. Alhamdulillah, mohon doa restu, semoga cetakan kedua ini bisa laris maniiiiss.
Salam kenal,
Saya mau kasih info mungkin bisa berguna untuk alternatif mencetak buku dengan lebih murah, cepat, dan bahkan bisa dikerjakan sendiri tanpa perlu operator khusus, bisa cetak buku dengan jumlah yang minim mulai 50 eksemplar.
Alternatif mencetak bisa menggunakan mesin GESTETNER COPYPRINTER (Digital Duplicator)seperti yang banyak dipakai banyak percetakan-percetakan besar dan kecil belakangan ini untuk mencetak buku (cuma biasanya percetakan merahasiakan jenis mesin ini karena sudah otomatis dan mudah dioperasikan sendiri spt photocopy jadi takut langganannya beli dan cetak buku sendiri kali :D)
Gestetner yang terkenal sebagai penemu mesin cetak stensil sejak 125 tahun lalu ini mencetak dengan hasil kualitas tinggi yang konstan dan bersih mulai cetakan pertama hingga terakhir, dengan kecepatan cetak 90 – 130 lembar/menit mencetak buku akan sangat cepat, tidak perlu buat film atau master/plat diluar, mesin ini sudah otomatis membuat dan langsung cetak dalam 45 detik,
penggunaan lebih mudah dari mesin photocopy, dapat mencetak di kertas tipis mulai 35 gram hingga kertas/karton tebal 230 gram, hanya perlu max.175 watt dan min.8 watt, dapat mencetak berwarna (spot colour) dan langsung dari komputer (optional), biaya cetak paling rendah dibanding mesin lain hingga Rp.5/lembar A4 – folio (tergantung quantity cetakan, yang pasti jauh lebih murah kalau dibanding cetak di percetakan apalagi photocopy).
Mesin dipasarkan dalam keadaan baru (brand new) oleh PT. Arotech International selaku agen tunggal Gestetner CopyPrinter di Indonesia dengan harga mulai 30 jutaan.
Bagi yang berminat dapat menghubungi no. telp 021-6877772
Semoga bermanfaat.
Mas Irawan terimakasih
Infonya sangat bermanfaat, sebab selama ini saya order cetak masih ke percetakan lain.
Apakah agen tersebut memiliki cabang di Jawa Timur ?
Sukses Selalu
Salam Kenal Mas Zen,
Saya mendapatkan inspirasi dr cerita anda. Jujur aja saya lagi cari-cari info gimana caranya terbitin / buat buku.
Sedikit beda, saya maunya belajar buat sendiri buku itu, sampai dengan binding-nya.
Dari cerita bapak, saya jadi tahu mesin cetak stensil buat memperbanyak cetak buku, tapi bagaimana dengan bindingnya ? Bagaimana caranya ya ?
Di mana belajarnya ? Karena saya lebih minat bisa terbitkan buku dgn memproduksinya sendiri … Thx.
Bryan
Mas Bryan Terimakasih kunjungannya
Sukes Selalu Ya, semoga berhasil cetak bukunya.
Kalau selama ini saya memang menerbitkan buku karya sendiri, tapi dicetak dipercetaan lain yang lebih profesional.
Ok Salam Dari Kota Apel Malang
@Bryan:untuk binding… cara paling gampang belajar di tukang foto kopi. mereka kan biasanya suka bendel buku juga. saran: jangan di fotokopi besar, di fotokopi kecil aja yang dengan alat seadanya. kalo bisa nyari yang ngepresnya pake palu. (fotokopian sebelah saya pake palu ngepresnya). belajar prinsip-2nya.. nanya-2.. nah kan tinggal diterapin dengan keadaan dan kebutuhan) kecuali mau invest beli mesin bindingnya (harganya… ampuuunnn…)
untuk tambahannya bisa belajar di youtube. banyak kok video-2 tentang proses binding (baik lem, jahit, dll). nah untuk mempermudah megangnya tumpukan kertas biar nggak bergerak bisa pake cepitan kertas item (saya lupa namanya), atau bisa bikin alat sederhana dari kayu. coba ke ‘diybookbinding’ (copykan aja ke google pasti ketemu) ada foto bentuk “book binding jig” nya juga. cari-2 aja di link sebelah kiri.
menurutku sih.. binding itu gampang. yang mumet itu adalah duplexing (cetak bolak-balik, apalagi kalau manual) dan imposing (mecah-2 jadi beberapa booklet kecil<kira-2 gitu lah) . beli software imposing wah… muahalll. usd100 an.
btw: saya cuman baru belajar teorinya doang… prakteknya belum.
Ok Mas Agung
Trims banyak ya infonya
Salam Damai dari Kota Apel Malang
Muhammad Zen
Ass.wr.wb.
Salam kenal, saya Ibnu Rozi. Saat ini sedang belajar buka usaha sendiri berupa SelfPublishing. Buat mas Muhammad Zen, saya perlu banyak informasi dari anda, terutama pengalaman merintis self-publishing. Insya Allah, saya akan rutin mengunjungi blog anda.
Artikel tentang cetak buku memang sedang saya perlukan.
Ibnu Rozi
Waalaikum Salam
Mas Rozi terimakasih sekali kunjungannya.
Maaf saya sendii kadang agak lama tidak nengok blog, karena agak sibuk.
Memang liku-liku self publishing banyak suka dukanya
Tapi tetap asik, dan memikat
Sukses Selalu ya
Wassalam
Ass.wr.wb…
Salam kenal, nama saya wahyu. Saat ini sedang menulis sebuah buku tentang peluang bisnis. Saat saya melihat postingan dari pak Muhammad Zen tentang Self Publishing, saya jadi tertarik.
Dan yang saya harapkan adalah Pak Zen berkenan memberi informasi tentang seluk beluk self publishing, karena saya tertarik untuk menerbitkan buku saya itu dengan jerih payah saya sendiri. Maklum, saya masih remaja. Jadi keinginannya aneh-aneh.
Kemudian, tentang buku “Kiat Sukses Mengikuti Sertifikasi Guru,” ada beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan , boleh kan?
1. Kok penerbitnya Cakrawala Media Publisher,Malang?
Apa itu usaha penerbitan buku milik Pak Zen?
2. Jika iya, dimana alamatnya lengkapnya? Saya ingin tahu
karena saya juga bertempat tinggal dimalang.
O, iya ketinggalan. saking asyiknya baca-baca postingan jadi lupa. Sebelumnya terimakasih.
Waalaikum Salam Wr Wb
Mas Wahyu, terimakasih sudah mampir di blog saya.
Memang benar penerbit Cakrawala Media Publisher itu milik saya, ya sedang belajar wirausaha di penerbitan, walau banyak suka dukanya.
Mas Wahyu di Malang tinggal di Mana ?
Rumah saya di Perumahan Bunul Asri Blok B nomor: 17 Malang
(Utara Pasar Bunul, daerah Ngujil )
Tlp : 08123383495 atau fleksi: 0341-9121088
Jika mau silaturahmi silahkan, tapi sebelumnya telepon dulu ya ? Sebab profesi saya jurnalis TV sehingga kadang hunting kemana-mana.
Tapi saya lebih banyak di Malang
Ok Sukses SElalu ya ?
Aslkm, aduh mau panggil apa ya, mas Zen, Pak Zen, atau Om zen ya, mungkin lebih sopannya, Pak Zen aja ya !
Saya Ratih, saya adalah mahasiswi di kota malang, yang akan merintis usaha Independent/ self publishing. saya adalah penulis novel yang hampir selalu merasa terlalu berharga untuk sebuah karya saya dihargai sejumlah 8 sampai 9 persent oleh para penerbit-penerbit besar.
sejujurnya saya sangats edih, hampir putus asa dengan ketentuan 8/9% itu untuk sebuah perjuangan bermalam-malam di depan komputer. itu yang selama ini membuat saya selalu tidak rela untuk melepas karya saya ke penerbit. bukannya terlalu materialistis, tapi, karya adalah harga, bukan sekedar harga material, tapi lebih dari itu, orang harus menghargai apa yang oleh orang lain sangat berharga. saya bergelut di bidang penulisan fiksi sejak saya SMA, dan sejak itu pula saya tidak pernah rela karya saya di sentuh oleh satu penerbit pun.
Pak Zen, ini adalah angin segar. hampir saya putus asa. hampir saja saya berfikir, sia-sia saja Allah memberikanku kelebihan berupa kemampuan berimajinasi dengan tulisan, jika tidak ada satu orang pun yang bisa menikmati karya saya. saya berfikir hanya di tangan penerbit besar itu lah satu-satunya jalan agar novel saya bisa go publik. dan ketika beberapa bulan yang lalu saya baca artikel tentang self publishing,saat itu juga hati saya mengukuhkan diri untu melakukan itu.
Pak Zen, hanya satu yang menjadi kendala, dan ternyata itu adalah kendala besar untuk seorang mahasiswi seperti saya. ini adalah tentang MODAL. saya tidak takut berhutang, karena keyakinan usaha ini telah melunturkan ketakutan untuk tidak bisa membayarnya. hanya saja tidak ada satu jalan/orang pun yang bisa mempercayakan uangnya pada mahasiswi tingkat empat seperti saya. itu wajar menurut saya. tapi kewajaran itu membuat langkah saya berhenti, bahkan saya takut langkah ini akan mati. mengandalkan patungan dari teman, ternyata tidak satu pun teman yang saya kenal percaya dengan usaha dan ide saya ini.
pak Zen, mohon masukannya. saya ingin segera jalan, langkah ini sudah tidak terbendung untuk berlari. MODAL. kata itu tidak boleh menghalangiku. mohon masukannya !
Malang, Ratih, 085257405684
Mbak Ratih, saya ikut prihatin dengan kondisi yang dihadapi.
Semoga bisa segera dicari penyelesaian terbaik, agar novel tersebut bisa segera terbit.
Mbak Ratih, memang penerbit rata-rata menghargai karya tulis dengan royalti dalam kisaran 8-10 prosen dari harga jual buku. Kondisi ini memang cukup menyesakkan dada penulis. Karena itu buku pertama saya terbit 1992, tapi buku kedua terbit tahun 2007. Berarti ada sekitar 15 tahun saya “ngambek” bikin buku, gara-gara dikerjain penerbit. Sedangkan buku kedua memang saya self publising, karena saya yakin buku saya : “Kiat Sukses Mengikuti Sertifikasi Guru” cukup punya nilai jual di pasaran. Karena sejak beberapa tahun terakhir para guru di tanah air lagi gegep gempita gairahnya untuk ikut sertifikasi guru. Nyatanya memang buku itu sudah cetakan kedua, dan dalam waktu dekat Insya Allah akan memasuki cetakan ketiga (Semoga Allah mengabulkan, Amin).
Namun self publishsing alias menerbitkan karya sendiri, ternyata sangat banyak tetek mbengek yang harus dilakukan. Mulai dari mengurus ISBN (Biayanya murah hanya Rp 60.000 / judul tapi ngurusnya harus ke Perpus Nasional di Jakarta), mengurusi layout cetak, ngurusi order ke percertakan, distribusi buku dan lain-lain. Kadang “kerja kreatif” kita dalam menulis jadi lambat karena terlalu banyak mengurusi teknik penerbitan.
Rata-rata penerbit kecil, termasuk penerbit punya saya, memakai jasa distributor buku untuk mendistribusikan buku kita agar tersebar ke berbagai daerah di tanah air. Berapa komisi yang diminta distributor ? 55 persen dari harga jual buku, padahal sistemnya konsinasi alias titip dulu dibayar setelah laku (bukan kontan). Jadi kalau penerbit memberi royalti 10 persen ke penulis, sebetulnya penerbit hanya menerima dana 35 persen saja dari harga buku. Padahal penerbit yang memodali cetak buku, dengan harus menanggung sekian banyak karyawan dll (maaf saya bukan membela penerbit, tapi itulah sistem bisnis buku di tanah air kita).
Apakah 55 persen jatah distributor itu jadi hak distributor semua ? Tidak. Lazimnya toko buku yang menjualkan buku kita (juga sistemnya konsinasi alias titip) memperoleh jatah 35 persen dari harga buku. Berarti distributor yang tugasnya mendistribusikan buku kita (tentu dengan mengeluarkan biaya kirim, gaji karyawan dll) mendapat 20 persen dari harga jual buku.
Sori sudah panjang, rupanya. Lain kali disambung lagi.
Tetap semangat ya
bolehkah ngobrol masalah teknis?katanya sih…. buku-2 POD (Print/Publish on demand) itu dicetak dengan cara digital (baca: printer laser, mesin fotokopi digital, atau semacam itu)< kalo mesin fotocopy digital biasanya ada colokan usb buat ke komputer, jadi bisa langsung print dari komputer. printer laser b/w sekarang juga nggak terlalu mahal (1-2 jutaan), dan perlu juga printer laser warna untuk cetak covernya (3 jutaan). <masalah harga macem-2 ya. printer laser b/w seharga 10 juta pun ada<. kalo mau ngirit ya pake printer laser warna 1. toh ada warna hitamnya. untuk bendel. pake binding jig bisa bikin sendiri dari kayu, dan belajar di tukang foto copy cara bendel gimana.
cuman ya itu… mesti siap buat nyari kertas (HVS, art carton) termurah, belajar imposing (kasarannya… nyetak booklet/brosur), print bolak-balik, belajar bendel sendiri. desain cover, de el el itu kalo mau bener-2 SELF. mesti siap repot.
kenapa perlu belajar cara cetak booklet/brosur. bongkar coba 'spine' buku yang beli di toko buku. nanti juga tau sebabnya.
mumetnya… ngitung-2nya. harga kertas berapa, printernya duty ciclenya berapa. kira-2 kuat nggak buat ngeprint sekian ribu lembar sebulan. cartridgenya gimana… isi ulang atau ori. satu cartridge habis berapa ribu lembar. harga 1 cartridge berapa. penyusutan komputer dan printer berapa. gaji karyawan berapa(mskipun hanya kamu aja yang ngerjain, tetep harus diitung juga). terus dikalkulasi. ketemu…1 buku dijual berapa.
dan ya bener seperti yang pak @mhzen bilang "Kadang “kerja kreatif” kita dalam menulis jadi lambat karena terlalu banyak mengurusi teknik penerbitan."
beda kalau masuk ke penerbitan. istilahnya tinggal setor naskah… setor uang… mungkin sesekali ngecek ke penerbitannya. sekian hari/minggu kemudian jadilah sudah rapi sekian ratus/ribu eksemplar.
masalah distribusi… ya terserah anda. buka blog… terus dipajang di situ pun bisa. mau dititipin ke toko-2 buku… ya dicoba saja. atau buka warung buku sendiri. bisa. pake jasa distributor… bisa.
nah.. nanti kan kamu jadi tahu cara bendel. pegang tuh bendel skripsi temen-2 kamu… bisa dapet duit dari situ.
ditampilin nggak ya komen ini?? he he..
Mas Agung Trims banyak
atas semua informasinya
Semoga bermanfaat
Salam dari KOta Apel Malang
Assalamualaikum wr.wb
Saya di daerah malang selatan, tepatnya di desa codo kecamatan wajak.
Terima kasih atas informasinya pak. Insya Allah kapan-kapan saya akan main kesana.
Wassalamualaikum wr.wb
Kalo mau murah bikin buku :
1. Monting sendiri dengan montingan dari layout buku yang masih berupa kertas
2. Montingan lay out di foto utk di buatin film bisa dalam bentuk ukuran plano
3. Setelah jadi film serahkan kepercetakan untuk dijadikan plat ukuran GTO atau gestener
4. Jadi kita hanya bayar kertas ,ongkos cetak dan ongkos potong
5. keuntungannya plat bekasnya bisa kita bawa pulang utk cetak berikutnya paling hanya di kasih gom supaya awet terus filmnya juga bisa kita bawa pulang utk di buatin plat berikutnya
6. beli kertas sendiri ukuran plano di toko kertas
mudah – mudahan diterima komentar ini
Mas Herman terimakasih masukannya.
Ini merupakan info bagus bagi yang ingin self publishing
Salam damai dari Kota Apel Malang
Desain, Percetakan, Printing
Mudah Murah Berkualitas, Cepat dan Bergaransi
http://percetakan-ikrarmandiri.blogspot.com/
PUSAT CETAK BUKU MURAH BERKUALITAS
Anda pasti sering kecewa dengan percetakan yang suka memberikan harga cetak buku secara tidak wajar. Kami percetakan Primamedia Offset, mengkhususkan diri menerima order cetak buku dengan harga sangat kompetitif.
Primamedia Osffset adalah lini dari Primamedia Press, yang selama ini dikenal sebagai penerbit yang juga sering dikecewakan dengan harga cetak di percetakan yang terkadang sangat tidak wajar.
Dapatkan harga yang bisa 50% lebih murah dari percetakan yang Anda temui.
Kami menerima order dari seluruh wilayah indonesia. Segera hubungi kami:
Primamedia Offset
Jl. Karonsih Selatan VII No. 619
Semarang.
Telp/Fax. (024) 7614633
Hp: 081368332532
Email: primpus@gmail.com, tamaminfo@gmail.com
Kami juga memiliki perwakilan di jakarta,.
maksih pak infonya.. doain ya mg2 buku perdana sy bs terbit..
assalamualikum Wr Wb
terimakasih atas bagi ceritanya.
saya mau menerbitkan buku cara membaca mudah untuk anak TK. Masih saya bingung kalau menerbitkan sendiri itu nanti apa kita perlu menyertakan nama penerbit? Lalu saya yakin kalau yang saya tulis sangat revolosioner dalam hal cara membaca. apakah saya bisa meminta royalty dari TK yang akan menggunkan buku saya?
Saya penulis baru yang ingin menerbitkan karya sendiri tapi sampai saat ini masih kebingungan. Disetiap novel yang saya lihat pasti ada logo penerbitnya, kalau self publishing logo siapa yang akan saya masukkan ke dalam novel saya? terima kasih atas bantuannya.
thaks atas info dan pengalamannya, semoga anda dapat amal ibadah dari keterangan2 tadi
Mas Zen,
Salam hangat Mas Zen. Saya mau tanya, ini seandainya lho he..he. Seandainya saya menulis buku, lalu ada kontrak dengan si penerbit, lalu buku itu dicetak si penerbit, lalu si penerbit menolong menyalurkan di toko-toko buku, pertanyaan nya adalah:
Bagaimana saya tahu berapa jumlah buku yang sudah terjual? Siapakah yang melaporkan kepada saya jumlah buku yang terjual? Apakah mereka jujur dengan jumlah buku yang terjual? Ataukah mereka akan berkata: Bulan ini buku sudah terjual 1000 buku, tapi biarlah saya laporkan ke si penulis 500 buku saja, toh dia tidak tahu…”
Saya bertanya seperti ini, maklum ada krisis kepercayaan sih 🙂
Pak Ferry
Mas Zen,
Ada pertanyaan lain. Katakanlah saya menulis sebuah buku, lalu buku itu mau diterbitkan oleh si penerbit, lalu si penerbit ingin melihat buku itu dulu sebelum dicetak, saya kasihkan contoh buku saya itu dalam bentuk USB, setelah dilay out dan negosiasi tentang komisi, tetapi saya tidak setuju dengan komisi, akhirnya saya memutuskan mencari penerbit lain, begitu saya sedang mencari penerbit yang lain, tiba-tiba buku saya sudah beredar oleh si penerbit pertama. Apa yang harus saya lakukan?
Terima kasih banyak, Mas zen.
Pak Ferry
mas, saya dari jambi, saya lagi menyelesai penulisan novel saya,,mohon di berikan info yang lebih lengkap dalam percetakan ini, karna diwilayah saya harga selangit semua.
terima kasih
Mohon info rinci biayanya untuk 1000 eksemplar, katakanlah untuk buku 100 halaman ukuran 1/2 A4. Trims
UNTUK SEMUA SAHABAT, MOHON MAAF JIKA TANGGAPAN AMAT TERLAMBAT.
SAYA BARU SAJA PULANG HAJI BEBERAPA WAKTU LALU, SEHINGGA LAMA TIDAK MEMBUKA BLOG.
SUKSES SELALU
Mas John terimakasih kunjungannya
SEmoga buku perdananya segera terbit di pasaran
Wa’alaikum Salam
Mas Wisnu, self publishing berarti kita sendiri yg menerbitkan. Cari saja nama penerbit yg bagus, dan itu nama penerbit milik kita. Untuk TK menggunakan buku, tentunya harus beli dan kita berarti dapat keuntungan dari penjualan buku.
Sukses selalu ya
Mas Bobby Yth
Trims ya telah berkunjung
Slef Publising berarti kita mendirikan penerbitan sendiri. Logo yang dicantumkan ya tentu logo penerbit milik kita.
Mas Rifa’i terimakasih banyak kunjungannya
Semoga Sukses Selalu
Pak Ferry terimakasih banyak telah berkunjung.
Untuk pertanyaan bapak, jawaban singkatnya:
1. Penulis memang nasibnya sering tergantung penerbit. Jika penerbit kurang jujur, bisa saja buku dicetak 3.000 misalnya, dibilang hanya cetak 1.000. Tapi meski ada penerbit kurang jujur, masih banyak penerbit yang jujur dan amanah.
2. Penerbit seharusnya mencetak buku setelah “disetujui” ( di ACC) penulis, jika belum tercapai kesepakatan seharusnya penerbit tidak boleh menerbitkan buku.
Mas Harmaini, terimakasih telah berkunjung.
JIka Harga cetak di Jambi mahal, mungkin bisa orientasi harga ke Pulau Jawa (Bisa ke Yogya atau ke Malang, jika ke Malang bisa tukar informasi dg saya).
Saya kenel beberapa percetakan di Malang, tapi harganya variatif.
Mas Syam trims telah berkunjung
Untuk cetak buku, rincianya cukup rumit. Selain lebar dan panjang buku, jumlah halaman, kertas beraga gram, juga di naskah ada gambar warna atau tidak, cover pakai berapa gram, cover model yufi atau dof dll.
Ass. wr. wb
Apa self publishing itu mesti berbadan hukum Pak ? Mengingat pembuatan badan hukum itu lebih rumit dan mahal.
Terima kasih.
Waalaikum Salam
Mas Ahmad trims banyak kunjungannya.
Self Publishing tidak harus berbadan hukum. Seringkali untuk awal self publishing, langsung saja jalan tanpa badan hukum. Setelah penerbitan yang kita rintis besar, sebaiknya memang memiliki badan hukum bisa berupa PT atau CV.
Meski demikian, saya sendiri sebelum self publishing, sebetulnya sudah punya badan hukum berupa CV. Namun CV itu awalnya saya pakai untuk pendirian wartel, kini lantas saya pakai untuk badan hukum penerbitan.
Assalamu’alikum wr.wb
salam kenal buat pak Zein..
perkenalkan nama saya Mhd Daud Pinem di medan SUMUT.
terima kasih atas info-info yang ada di blog Bapak.
saya juga ingin mencoba buka penerbit sendiri.
saya lagi jajaki distributor buku…dan masih bingung..
mohon informasinya pak mencari distributor dan bagaimana nego nya tentang buku yang hendak kita terbitkan..terima kasih wassalam.
Waalaikum salam
Mas Daud di Medan terimakasih kunjungannya
Mencari distributor buku, memang gampang-gampang susah.
Salah satu caranya, yakni coba tanya ke pengelola salah satu toko buku di kota Anda,
tanyakan distributor mana di Medan yang reputasinya bagus dan amanah.
Setelah ketemu pimpinan distributor, tawarkan saja buku yang Anda terbitkan, lihatkan
contoh bukunya, pangsa pasarnya kayak apa dan keunggulan buku itu di pasar dll.
Setelah distributor itu bersedia kerjasama mengedarkan buku Anda, maka dibicarakan
berapa diskon yang diperoleh distributor. Rata-rata distributor minta diskon 50 sampai 55 prosen,
tapi itu bukan semua untuk distributor karena yang 30-40 prosen diberikan untuk toko buku.
Jika setuju, maka buku segera dikirim ke distributor dan 3 bulan kemudian distributor akan
memberi laporan hasil penjualan.
Agar tidak rugi, maka harga buku di pasaran lazimnya lantas dinaikkan sekitar 5 hingga 6 kali
lipat dari biaya cetak buku. Sebab distributor saja minta 55 % yang berarti jatahnya penerbit
dan penulis hanya 45 %.
Ok sukses selalu
pak zen..jika kita mau ngurus ISBN, apa harus ke jakarta (perpustakaan pusat)? atau bisa dikirimi surat aja? dan memang biaya ngurusnya Rp 60000,- ya?.
Juga mau nanya lagi nih..
biaya untuk percetakan buku untuk 200 halaman (fast book) sekarang berapa pak? dan dimana ya percetakan yang murah dan bagus kualitas cetaknya?
terima kasih atas masukannya.
wassalam
Mas Daud trimakasih banyak kunjungannya
Untuk ngurus ISBN memang harus ke Perpustakaan Pusat di Jl Salemba Jakarta.
Tapi saya biasanya saya kirimkan ke teman saya yang memang tinggal di Jakarta. Teman itulah yang menyampaikan ke Perpustakaan Pusat.
Untuk biaya cetak buku, menghitungnya sangat variatif. Meski 200 halaman, tapi harganya beda-beda. Sebab ukuran kertasnya berapa kjali berapa, cover dof atau mengkilap ? (laminasi / yufi ? ), halaman dalam kertas berapa gram ? ada foto warna atau tidak ?
Mas Daud tinggal di mana ? Jika di sekitar Jatim atau Jateng mungkin lain waktu kita bisa ketemu agar lebih jelas.
Ok Sukses selalu
Salam Damai dari Malang
Muhammad Zen
asswrwb….
jika mengurus ISBN… apa-apa saja yang harus dipersiapkan pak zen?
dan prosesnya lama enggak ya?
terima kasih
Wa’alaikum salam Wr Wb
Mas Daud Trims ya kunjungannya
Untuk mengurus ISBN, syaratnya tidak terlalu sulit:
1. Cover depan buku
2. Cover belakang buku
3. Daftar isi buku
4. Kata Pengantar / pendahuluan
5. Lembar copyright / lembar identitas buku
6. Surat Permohonan ISBN dari Penerbit ke Bagian ISBN Perpustakaan Pusat Jl Salemba Jakarta
(Surat harus di kertas ber-kop penerbit dan ada stempel penerbit)
Ok, sukses ya
pak zen..saya tinggal di medan (staff pengajar).. sebenarnya buku saya sudah ada yang diterbitkan di penerbit..tapi rasanya saya sangat ingin membuat usaha penerbitan sendiri.. tapi yang membuat saya tetap bingung dan belum maju-maju adalah tentang mencari tempat percetakan buku dan distributornya.
mohon saran dan rekomendasi dari pak zen untuk saya untuk dua hal ini…saya tinggal di medan..
rekomendasi untuk mencetak dan distributor bukunya…
mungkin saya tetap akan banyak bertanya pada zen tentang membuka penerbitan sendiri ini…Lagian saya sendiri dan belum ada teman untuk diajak bekerja sama… ya… paling tidak untuk memberi dukungan..
sekali lagi terima kasih atas info-nya.
Pak, novel saya dengan kertas buram kualitas terbaik, tebal 280 halaman A4. Klasifikasi isi dalamnya tanpa warna, hanya covernya yang berwarna. Kira-kira berapa harga cetak per buku nya..
??
kalau percetakan dimalang yang termurah, ada gak ngasih harga 5000 per buku?
makasih sebelumnya..
Ok Deborah, Trims ya kunjungannya.
Apa novel dicetak di ukuran A4 ? Lazimnya novel bentuknya lebih kecil, agar gampang dibawa.
Tapi coba saya konsultasikan ke pihak percetakan.
Deborah tinggal di mana ?
Salam hangat dari Kota Apel Malang
Untuk semua kebutuhan cetak buku anda silakan telp. 081221111555 (imam), sekedar konsultasi juga boleh..
Mas Imam terimakasih kunjungannya
Mas Imam tinggal di mana ? Jika kita jumpa darat mungkin lebih enak.
Salam dari Kota Apel Malang
Pak Zen,
saya seorang ilustrator, terutama untuk buku anak. Senang sekali bisa mendapatkan info tentang perhitungan pencetakan buku di sini. Dengan apresiasi ilustrasi di penerbitan lokal yang masih rendah, saya sangat penasaran dengan seluk beluk penerbitan; mengapa apresiasi untuk ilustrator dan penulis rendah;benarkah penerbit yang ‘makan’ biaya seenaknya…terus terang saja ini kecurigaan2 yang berseliweran di benak ilustrator loh pak…ternyata setelah membaca posting bapak, penerbit juga ‘hanya’ menerima 35% ya pak, apalagi bila dipikirkan biaya operasional kantor, pegawai, dst…Kalau begitu pak, apakah kendalanya ada di harga buku yang tidak bisa terlalu mahal ya…? karena ternyata semua pihak yang terlibat di industri perbukuan(penulis-ilustrator-distributor-penerbit) juga menerima ‘secukupnya’ saja…
Menurut bapak sendiri, bagaimana fenomena di atas…
Pak,bila tidak keberatan, apakah ada sumber mengenai penghitungan buku full color? (misalnya buku anak 32 halaman, HVS 80 gr, 22X28 cm,cover full color kira-kira karton 200gr, jilid staples,500-1000 eksemplar)
Terima kasih Pak Zen, senang sekali menemukan blog anda =)
audelia
http://tudelia.deviantart.com
Mbak Audelia trims telah berkunjung
Bagi penulis dan ilustrator memang kadang “curiga” bahwa bagian penerbit cukup banyak, jika belum tahu seluk beluk penerbitan. Belakangan ini bahkan ada distributor buku yang minta bagian antara 55 % hingga 65 %, berarti bagian penerbit relatif minim.
Namun jika penerbit bisa menjual langsung, keuntungan bisa lebih besar. Kebetulan di akhir Maret nanti saya ngisi seminar di 1 lokasi (di Malang), dan April rencana di 6 lokasi (Malang, Probolinggo, Slawi Tegal, Bandung, Garut dan Cianjur). Saat saya ngisi seminar, buku-buku yang saya tulis dan saya terbitkan sendiri, dijual bebas untuk peserta seminar. Buku-buku itu biasanya diskon 40 % sehingga peserta seminar banyak yang beli. Hasilnya ? Lumayan bagus, Alhamdulillah.
Buku saya yang sudah terbit: Kiat Sukses Mengikuti Sertifikasi Guru (kini cetakan ke-4), dan Jurus Ampuh Mengatasi Oknum Wartawan Nakal (kini cetakan ke-2). Buku saya yang kini naik cetak berjudul: Gus Dur, Kiai Super Unik (tanggal 20 nanti ditargetkan selesai cetak).
Tentang buku full color, saya kurang tahu hitungannya. Biasanya pemilik percetakan yang tahu. Tapi lazimnya jauh lebih mahal.
Ok Salam dari Kota Apel Malang
Terima kasih Pak Zen, semoga karya-karya anda semain banyak dan juga sukses =)
Ada sekelompok pemuda yang serius ingin mendirikan penerbit sendiri karena selama ini sistim beli putus naskah yang ditawarkan penerbit sangat tidak seimbang, kisaran Rp 4-5juta untuk satu naskah yang ketebalan 250 halaman, sedangkan untuk menulis buku setebal itu harus berkarja hampir 3 bulan, belum lagi kita harus keluar biaya untuk ngumpulin referensi. kalau terima sistim royalty, kayaknya nggak deh, banyak sekali alasan bertele-tele belakangan.
Permasalahan yang timbul adalah berapa dan bagaimana prosedur tekhnis dalam mencetak buku?
Perlu anda ketahui bahwa 90% penerbit yang ada di Indonesia rata-rata tidak punya mesin cetak sendiri, termasuk penerbit Salemba Empat yang cukup terkenal menerbitkan buku-buku teks kuliah Mahasiswa sendir masih mencetak buku di Percetakan Dharma Karsa Utama di Jl.Raya Bogor Jakarta. Oleh sebab itu kenapa takut bikin penerbit sendiri.
Saya sedang mempersiapkan uraian lengkap tentang tehnik pencetakan buku yang cukup dibiliang agak rumit.
tapi semua itu tergantung dari konsep anda, finishing seperti apa yang sebenarnya anda inginkan untuk buku Anda. Anda akan saya berikan uraian lengkap tentang bagaimana cara menghitung biaya kertas, jenis dan ukuran kertas, kisaran harga, mesin cetak yang umumnya digunakan, bindding, laminating, UV Spot, Wrapping bahkan Insya Allah saya akan membagikan pengalaman saya dalam pemasaran buku.
Just wait,
ali gafar//
kendedesmedia@gmail.com
facebook:ali gafar
Mas Ali Gafar trims kunjungannya
Semoga kiprahnya banyak bermanfaat bagi sesama
Sukses Selalu
Assalamu’alaikum pak mhzen
salam kenal.
Pak saya mo tanya apa kelebihan dan kekurangan buku yang terbit dengan menggunakan ISBN dan tidak menggunakan ISBN (untuk kalangan sendiri). selama ini saya hanya menerima order cetak saja. saya kepengen nerbitin buku. bisa gak ya pak.
Dedi erwin syahputra.
Binjai-sumatera utara
Waalaikum Salam Wr Wb
Pak Dedi terimakasih telah berkunjung
Jika buku tanpa ISBN itu terbit untuk kalangan sendiri, memang tidak apa apa.
Namun jika untuk umum, apa lagi mau diedarkan lewat toko buku besar, maka sebaiknya ada ISBN.
Mengurusnya juga tidak sulit.
Ok Sukses ya
Salam dari Kota Apel Malang
Muhammad Zen
Pak Zen, apakah biaya cetak buku di kota anda masih seharga yg disebutkan di artikel? mengingat anda menulis artikel tersebut tahun 2008. Jika ada kenaikan, berapa banyak kira-kira pak? saya juga sedang ingin menerbitkan buku tentang nama anak, siapa tahu harga anda bisa menjadi patokan bagi saya jika ingin menerbitkan buku sendiri. Terima kasih.
Salam,
dr. Prima Progestian
Pak Dokter Prima terimakasih banyak telah berkunjung
Harga cetak buku sekarang ini memang mengalami kenaikan Pak
kisarannya sekitar 30-40 persen dibanding tahun 2008.
Ok semoga bukunya segera selesai dan diterbitkan
Salam Damai dari Kota Apel Malang
Trims atas info ISBN nya…..Pak Zen tolong kirimin ke saya contoh berkas untuk mengurus ISBN
email mhddaudpinem@yahoo.co.id
trima kasih ya sebelumnya…
ass.wr.wb salam kenal pak… numpang iklan ya pak, Palmerah Offset terima cetak buku, lokasi Jakarta. Moga sukses selalu pak.
Ok Pak Baihaqi trims atas kunjungannya
Sukses Selalu
kenapa mahal.. kenapa murah… mungkin ini jawabannya.
kalo cetak skala kecil pake POD (print on demand) .. cetak digital… tanpa plat memang, tapi secara cost per satuan lebih mahal. mengenai POD silakan googling sendiri…
kalo skala besar baru pake mesin plano. pake plat. lebih murah secara cost per satuannya. tapi HARUS skala besar.
Ok Trims ya informasinya
Sukses SElalu
Siang Pak Zen.
Kebetulan saya ingin menerbitkan buku sendiri. Adakah buku atau panduan cara bagaimana menulis hingga menerbitkannya. Dan kalo kita membuka toko buku sendiri berskala kecil dan menjual buku kita sendiri apakah harus ada izin?
salam kenal sebelumnya buat pak Zain.
saya tertarik dengan self-publishing neh.
mau tanya, boleh tau percetakan-percetakan mana saja yang sudah di Survey pak Zain?! alamatnya?!
atau yang sekarang jadi langganan pak Zain?! tentu yang paling murah danberkualitas bukan?! 🙂
saya juga tinggal di malang, kec. lowokwaru, tlogomas.
salam satu jiwa! 🙂
Ok trims kunjungannya
Terkait percetakan, cukup panjang ceritanya.
Silahkan telepon saya 08123383495
kita bisa ketemu langsung
Sukses ya
Salam kenal, Mas Zen.
Saya salut dengan usaha Mas untuk melakukan self-publishing. Saya sendiri belum berani, dan semoga dalam waktu dekat ada keberanian.
Saat ini saya sudah menerbitkan 2 buku how to hukum oleh penerbit di jakarta dan insya allah desember pertengahan buku ketiga akan dipasarkan.
Pertanyaan saya: jika kita melakukan self-publishing;apakah distributor tetap akan memasukkan buku kita ke toko2 besar (gramed, gunung agung, kharisma) jika kita hanya mencetak 1000 eks (dengan asumsi sudah ada ISBN)
terima kasih atas jawabannya
Mas Achmad trims ya atas kunjungannya
Semoga makin produktif dalam menulis buku-buku berkualitas
Mas Achmad, untuk self publishing bisa saja bukunya masuk ke toko-toko buku besar (Gramed, Gunung Agung, Kharisma, Toga Mas dll) dengan cara kerjasama dengan pihak distributor buku. Tapi kerjasama seperti ini prosentasenya 53 % (untuk distributor dan toko buku) dan hanya 47 % untuk penerbit. Dan distributor yang saya pakai minimal buku dicetak 1500 buku, karena pasokan pertama ke distributor ya minimal 1500 eks.
Tinggal di mana ?
Ok Salam Damai dari Kota Apel Malang
Muhammad Zen 08123383495
Terima kasih atas jawabannya Mas Zen.
Saya tinggal di Salatiga, meskipun wira-wiri ke jogja.
Saya pernah menghubungi distributor buku di jakarta dan mereka meminta 55%. Sepertinya memang standarnya +- segitu.
Yang jelas tulisan Mas Zen tentang Self Publishing menambah tekad saya untuk segera bergerak dan tidak sekedar berwacana.
Salam Hangat
Achmad
Ok Mas Achmad, saya kini pakai distributor di Yogya. Jika tertarik alamat di Yogya bisa saya berikan.
Namun pemasaran buku saya selain ke toko buku (via distributor), juga pemasaran langsung melalu agen-agen khusus yang mengedarkan buku saya dari kantor ke kantor. Kebetulan 2 buku saya cocok untuk pejabat, termasuk kepala sekolah, serta guru. Padahal pejabat dan guru belum tentu sering ke toko buku. Saya juga pakai pemasaran dengan kerjasama EO panitia seminar.
Ok Sukses ya
Muhammad Zen HP 08123383495
Salam kenal pak Zen,
Maaf ikut nimbrung. Senang sekali bisa menemukan artikel ini.
kalau boleh, sy jg minta daftar distributornya pak. Via email saja ya. Terima kasih banyak.
Mas Eko terimakasih kunjungannya ya
Saya tinggal di alang, tapi kadang-kadang ke Yogya
Ok Semoga sukses selalu
Salam Hangat dari Kota Apel Malang
Assalamualaikum mas zen…mhn maaf sebelumnya…saya mohon izin untuk menyimpan no hpnya untuk sewaktu-waktu bisa menghubungi m.zen…pengalaman dan apa yang sekarang sedang anda tekuni adalah hal yang sangat menarik bagi saya…smgg berkah dan sukses selalu, amin..wassalam syuhada-medan
Waalaikum Salam.
Mas Syuhada trims atas perhatiannya. Silahkan simpan no tlp saya, mungkin suatu saat diperlukan. Saya doakan bikin bukunya cepat selesai dan bisa cepat self publishing.
Ok sukses selalu ya
pak saya mau nyetak jurnal 100 halaman sebanyak 60 eksemplar, katanya klo cetak sedikit pake POD ya? tau alamat di malang tentang POD ini, thanks.
Di Malang ada Mas, no HP nya berapa ? nanti saya hubungkan dengan pihak yang menangani POD
HP saya 08123383495
hp saya 08124935302
trima kasih pak
Salam kenal kepada semuanya
Untuk biaya percetakan mungkin kami bisa dijadikan referensi, kami di kota Gresik Jawa Timur untuk ongkos percetakan per lembar Rp. 60,- kertas A4 ato Folio 70 Grm untuk 80 grm hanya Rp. 75,-
Sedangkan untuk kertas cover AP 210-230 grm per lembar Rp. 2.250,- pesan di bawah 500 lembar untuk pesan di atas 2.000 lembar harga Rp. 750.000
kami juga bisa melayani Percetakan
terima kasih
HP 0881 931 6529 / 0856 456 19419
email : rudi.gresik@gmail.com
Ok trims ya infonya
Barangkali ini bisa jadi salah satu masukan bagi teman-teman
pak zen..gini..
sepul(buton): aku punya naskah buku text setebal 220 halaman. buku ini memuat tentang percakapan dan kisah sejarah lokal menggunakan 3 bahasa. indonesia -inggris -bahasa daerah (buton-sulawesi tenggara). sasaran penjualanya untuk umum dan sebagai media pembelajaran. di daerah tempat saya belum ada percetakan buku. rencana aku akan jalin kerjasama dengan pemda setempat tentang pengadaan buku tersebut, aku diminta RAB untuk pengadaann buku tersebut.pak zen bisa bantu sekilas gambaran anggaran biaya buku tersebut versi pakzen. terima kasih…
alamat kontak: sepul05_xp1@yahoo.com
Pak Saiful terimakasih ya kunjungannya
Apakah Bapak ada nomer HP ?
Silahkan hubungi saya di HP: 08123383495
Terimakasih
Muhammad Zen