Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Kancah Unik Wartawan’ Category

Oleh : Muhammad Zen

Kesuksesan hidup merupakan dambaan atau keinginan setiap orang. Siapapun juga di antara kita, tentu mendambakan hidup sukses, entah sukses di bidang apa saja.

Untuk mencapai kesuksesan besar, ternyata kiprah yang bisa kita lakukan tidak terlalu sulit. Agar mampu sukses besar, kita perlu berkiprah alias “action”, meski berkiprah untuk hal-hal kecil. Asal hal kecil yang bersifat positif itu dilakukan secara kontinyu, alias istiqomah, maka dari aksi yang kecil itu akan bisa berbuah sukses besar.

Seorang penulis buku yang produktif misalnya, juga diawali dengan “action” kecil. Cukup tiap hari menulis satu layar komputer, asal rutin dilakukan setiap hari, maka sekitar 3 bulan akan muncul satu buku. Dengan demikian dalam satu tahun, akan bisa muncul 4 buku berhasil kita tulis. Bukankah itu produktif ?

Padahal untuk menulis satu layar komputer setiap hari, pasti bisa kita lakukan, asal kita memiliki “niat yang kuat” untuk menulis buku. Sesibuk apapun kita, bekerja atau kuliah misalnya, asal niat serius, pasti bisa menulis satulayar komputer perhari.

Selamat jadi penulis produktif, Kita Pasti Bisa.

Read Full Post »

 

Luar Biasa !  Itulah komentar yang terlontar secara spontan, usai saya mengisi ceramah jurnalistik di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang Jawa Timur, Sabtu lalu (16/10/2010). Diklat Jurnalistik ini diselenggarakan oleh Fakultas Syariah, namun pesertanya menyebar berasal dari berbagai fakultas di lingkungan UIN Malang.

Yang luar biasa, yakni tanggapan dari teman-teman mahasiswa yang ikut dalam diklat jurnalistik tersebut. Mereka rata-rata sangat antusias, demikian bersemangat untuk belajar dan mengkaji berbagai hal yang terkait dengan ilmu jurnalistik atau kewartawanan.

Saya membawakan dua materi diklat: yakni materi pertama Konsep Dasar Jurnalistik dan materi kedua Teknik Menulis Berita. Waktu ceramah yang disediakan untuk saya  yakni mulai jam 13.00 hingga 14.30 (materi pertama) dan bersambung 14.30 hingga 16.00 (untuk materi kedua).

Jam tersebut sebetulnya kurang ideal untuk ceramah, karena di saat peserta usai makan siang, lazimnya banyak yang ngantuk dan sudah mulai kurang fokus. Namun yang terjadi justru jauh dari perkiraan tersebut.  Mayoritas peserta demikian antusias mengikuti ceramah jurnalistik, dan tidak satupun saya jumpai ada peserta yang ngantuk. Mereka demikian bersemangat mengikuti pelatihan tersebut.

Bahkan saat dibuka tanya jawab atau forum dialog, mereka demikian antusias ikut berdiskusi, terkait dengan perkembangan jurnalistik. Mereka juga aktif bertanya tentang  berbagai strategi atau trik, agar sukses berkarir di kancah jurnalistik (atau jadi penulis artikel di media massa) sekaligus sukses kuliah.

Sejumlah strategi saya beberkan, mulai dari cara-cara mengatasi kemacetan ide (rata-rata penulis pemula pernah mengalami kemacetan ide), cara menggali ide tulisan, strategi menulis artikel dan buku, serta strategi meliput dan menulis berita. Karena peserta amat antusias, saya demikian bersemangat menularkan sejumlah strategi kongkrit yang perlu dimiliki oleh seorang penulis serta jurnalis. (Materi / makalah di diklat tersebut, kelak akan saya muat pula di sini)

Bravo teman-teman di Fakultas Syariah UIN Malang

Read Full Post »

 

Tanggal 25 Maret 2010 yang lalu, saya memberi ceramah di hadapan mahasiswa Universitas Negeri Malang. Peserta yakni mahasiswa tingkat akhir dan mereka yang baru saja wisuda tapi sedang berusaha mencari lapangan kerja. Berikut makalah saya di acara tersebut:

STRATEGI MENEMPUH

KARIR BIDANG JURNALISTIK PLUS

(Wartawan Media Cetak, Wartawan TV dan Penulis Buku)

Oleh : Drs. Muhammad Zen

            Banyak jalan menuju Roma, itulah salah satu pepatah yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Yang jelas, banyak jalan bisa diupayakan agar seorang sarjana, termasuk sarjana lulusan Universitas Negeri Malang, mampu merengkuh karir yang terbaik.

            Selain karir di bidang guru atau pegawai negeri sipil (PNS), ada sejumlah karir yang bisa ditekuni para sarjana lulusan Universitas Negeri Malang. Dalam kaitan ini yang akan kami paparkan yakni karir alternatif di bidang jurnalistik plus, yang meliputi  wartawan media cetak, wartawan televisi serta karir di bidang penulis buku. Karir di tiga bidang tersebut, bisa dilakukan oleh para sarjana lulusan UM dari disiplin ilmu apa saja.

            Bagaimana cara atau strategi yang tepat, untuk menggapai karir tersebut ? Dalam kesempatan inilah kita akan berbicara secara detail dan blak-blakan, lantas nanti kita diskusikan bersama.

Semua Bisa Jadi Wartawan Dan Penulis

       Keinginan untuk jadi wartawan merupakan hal yang bukan tidak mungkin untuk direalisasi. Jadi wartawan itu gampang, asal tahu caranya.  Pasalnya, pada dasarnya semua orang bisa dan memiliki potensi jadi wartawan.

       Semua orang asal memiliki niat yang serius dan berjuang keras merealisasikannya, pasti bisa jadi wartawan.  Asal seseorang bersedia bekerja  serius dengan menerapkan strategi yang tepat, maka dia akan dengan mudah jadi wartawan.

       Menekuni profesi wartawan memang membutuhkan minat yang keras membaja, serta serta strategi yang jitu. Tanpa adanya dua hal tersebut, maka angan-angan untuk menjadi wartawan hanya akan tinggal angan-angan semata.  Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki, jika seseorang ingin terjun menekuni karir sebagai wartawan.

       Di antaranya yakni memiliki potensi kecerdasan otak yang bagus, tangguh dalam bekerja, semangat hidup yang membaja dan pantang menyerah. Selain itu persyaratan lain yang harus dimiliki calon wartawan, yakni kondisi fisik yang prima serta mudah menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan sosial. 

       Potensi kecerdasan otak yang encer atau bagus memang mutlak dimiliki oleh seorang calon wartawan. Sebab saat membikin berita, seorang wartawan dituntut mampu menyajikan berita yang enak dibaca dan memikat orang. Dalam kondisi inilah. Kecerdasan seseorang mendapat ujian berat. Dia harus mampu menyajikan kalimat yang sederhana tapi memikat, menceritakan beragam perostiwa hasil liputan yang telah dilakukan. 

       Tanpa adanya kecerdasan otak, seorang wartawan akan kebingungan saat membikin berita. Memang ada teori khusus untuk membikin berita tersebut, yang biasanya dipelajari di kampus yang mengkaji ilmu telekomunikasi atau ilmu jurnalistik. Namun apapun teori penulisan berita, semua wartawan tidak akan bisa membuat berita yang baik, tanpa didukung dengan pemikiran yang cerdas. 

       Seorang wartawan juga harus memiliki sikap tangguh dalam bekerja, karena pekerjaan dalam jurnalistik bukan pekerjaan enteng. Banyak pahit getir yang harus dirasakan, bagi seseorang yang terjun dikancah wartawan. Jika seorang mudah putuh asa lembek atau lemah, maka dia akan kerepotan jika terjun sebagai wartawan. 

       Saat ditugaskan meliput berita didaerah terpencil misalnya, jelas dibutuhkan ketangguhan fisik bagi seorang wartawan. Demikian juga jika seorang wartawan diterjunkan dikawasan bencana, misalkan meliput bencana tsunami atau banjir besar, jelas dibutuhkan kondisi kesehatan yang benar benar prima. 

       Meski demikian, kancah wartawan memiliki keasyikan sendiri seorang wartawan terjun ke lapangan, meliput kondisi bencana yang demikian dahsyat dan memprihatinkan, merupakan tantangan yang harus dijawab. Ketika wartawan tersebut mampu meliput secara maksimal maka yang bersangkutan akan mendapatkan kepuasan yang tak ternilai harganya. Lebih lagi jika hasil liputan wartawan tersebut mendapat pujian dari redaktur, atau mendapat tanggapan positif dari masyarakat luas.

KARIR WARTAWAN MEDIA CETAK

            Memangku profesi sebagai wartawan di sebuah media cetak, baik surat kabar harian, surat kabar mingguan atau majalah, merupakan salah satu karir yang bisa ditekuni oleh para sarjana. Untuk bisa terjun di kancah wartawan media cetak, tidak harus lulusan dari jurnalistik, ilmu komunikasi atau jurusan bahasa Indonesia. Terjun sebagai wartawan media cetak juga tidak harus memiliki latar belakang sebagai wartawan kampus misalnya. Namun seandainya Anda sudah memiliki pengalaman di bidang jurnalistik kampus, hal itu akan lebih baik.

            Dalam pelaksanaannya di lapangan, sekarang ini mereka yang berprofesi sebagai wartawan di media cetak, berasal dari berbagai  disiplin ilmu. Ada  seorang redaktur bidang ekonomi atau wartawan ekonomi namun lulusan dari Teknik Geodesi. Adapula wartawan di bidang pemerintahan, atau wartawan kriminal misalnya, namun  ternyata  lulusan dari Jurusan Biologi.

            Alumni Universitas Negeri Malang (dulu IKIP Negeri Malang), yang saat ini sukses berkarir di bidang jurnalistik juga cukup banyak. Sebut saja misalnya Anwar Hudiono, lulusan PLS Fakultas Ilmu Pendidikan UM, kini jadi  redaktur senior di Harian Kompas Biro Jawa Timur. Ada juga Baihaqi, juga lulusan PLS UM, kini menjabat sebagai  Kordinator Liputan (Korlip) Harian Jawa Pos, sekaligus merangkap pembina Radar di seluruh indonesia. Juga ada Ziz Mujahid lulusan  Bimbingan Konseling UM pernah berkarir di Harian Republika sebelum terpilih menjadi anggota DPR.

            Syarat yang harus dipenuhi agar seorang wartawan bisa sukses:

1. Semangat Yang Membara

2. Selalu Berpikir Kreatif.

3. Kerjasama Tim.

KARIR WARTAWAN  TELEVISI

Wartawan televisi atau jurnalistik televisi juga merupakan karir alternatif  bagi lulusan Universitas Negeri Malang. Sama seperti karir di bidang wartawan media cetak, menjadi wartawan televisi juga bisa ditempuh oleh semua sarjana berbagai jurusan yang ada di Universitas Negari Malang.

Bagaimana agar bisa menjadi wartawan televisi? Banyak cara yang bisa dilakukan agar seorang sarjana bisa meraih impian menjadi jurnalis televisi. Baik menjadi jurnalis di media televisi lokal, maupun menjadi jurnalis di televisi nasional.

Bagaimana strategi yang bisa ditempuh untuk menjadi wartawan televisi tersebut? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, agar seorang sarjana bisa berprofesi sebagai wartawan televisi.

-Strategi  pertama yakni mencari informasi di sejumlah televisi nasional dan televisi lokal terkait dengan lowongan kerja yang dibutuhkan.

Strategi pertama ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya yakni langsung diangkat sebagai jurnalistik di pusat media tersebut, sekaligus berpotensi diangkat sebagai karyawan organik.Kelemahanya jumlah pelamar sangat banyak, sehingga tingkat persaingan agar bisa lulus seleksi sangat ketat.

-Strategi kedua yaitu strategi menapak karir secara bertahap. Strategi ini tidak menempuh seleksi penerimaan jurnalis televisi di pusat, sebagaimana strategi pertama, tetapi menempuh karir di bidang jurnalistik secara bertahap. Yakni dari tahap yang paling bawah terus ke atas. Misalnya saja dimulai dengan  berprofesi di media koran lokal atau media radio lokal, dan terus menempa diri dibidang jurnalistik. Bersamaan dengan itu juga  menjalin hubungan baik dengan sejumlah jurnalis televisi.yang akan menjadi sasaran.  Anda juga bisa mulai membantu jurnalis televisi nasional, di posisi sebagai kameramen misalnya. Setelah cukup lama berpengalaman membantu seorang jurnalis di televisi nasional, maka pelan tapi pasti akan terbuka peluang untuk berkiprah langssung sebagai jurnalis di kancah televisi nasional.

KARIR PENULIS BUKU

Berprofesi sebagai penulis buku merupakan salah satu karir yang bisa ditempuh lulusan Universitas Negeri Malang. Profesi  ini sebetulnya menyediakan peluang yang sangat besar, dan belum banyak dilirik oleh  para sarjana. Masih sangat sedikit lulusan sarjana yang tertarik secara serius untuk menekuni profesi ini. Karena itu peluang jadi penulis buku masih terhampar luas.

Apakah profesi sebagai penulis buku berpotensi bisa hidup berkecukupan alias melimpah dari segi finansial  ? Terhadap pertanyaan ini jawabanya bisa iya tetapi juga bisa  tidak Memang banyak penulis buku yang hidupnya pas-pasan, jika tidak mengetahui strateginya.

Bagaimana strategi yang baik agar bisa menjadi penulis sukses ? Banyak cara bisa dilakukan. Di antaranya yakni:

-Buat topik buku yang sedang dibutuhkan pasar.

-Jika memungkinkan, selain jadi penulis Anda juga bisa merangkap sebagai penerbit.

            Jika sudah mendapatkan tema yang bagus dan layak pasar, maka langkah kongkrit selajutkan adalah:

-Membuat outline
-Menulis Bab per Bab
-Evaluasi penulisan setiap Bab
-Editing

            Demikian makalah sederhana ini, sekedar sebagai pancingan agar diskusi kita lebih meriah.

Biodata Muhammad Zen:

-Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta 

-Jurnalis Televisi Nasional MNC Grup ( RCTI, TPI dan Global TV)

-Sebelum di TV, pernah jadi Kepala Biro Harian Suara Karya Jatim, dan wartawan Majalah Kartini.

-Penulis buku:

1. NU Pasca Khittah, Prospek Ukhuwah Dengan Muhammadiyah, MW Mandala Yogyakarta, 1992 (bersama Khoirul Fathoni).

2. Kiat Sukses Mengikuti Sertifikasi Guru, Cakrawala Media Publisher, Malang, 2007 (kici cetakan ke-4) 

3. Jurus Ampuh Mengatasi Oknum Wartawan Nakal, Kiat Jitu Untuk Pejabat dan Pengusaha, Cakrawala Media Publisher, Malang, 2009 (kini cetakan ke-2).

4. Gus Dur Kiai Super Unik, Cakrawala Media Publisher, Malang, 2010.

Read Full Post »

 

Oleh : Muhammad Zen

Menekuni “self publishing” alias menerbitkan buku karya sendiri, memang banyak keunikannya. Kita harus pandai memilih materi tulisan atau materi untuk buku yang memikat, sekaligus berpotensi layak jual alias bakal laris saat buku dipasarkan.

Sudah 2 buku saya terbitkan (dan 1 buku lagi kini sedang naik cetak), semua secara self publishing, dan alhamdulillah hasilnya cukup bagus.

Dua buku yang sudah terbit tersebut yakni:

1. Kiat Sukses Mengikuti Sertifikasi Guru (kini cetakan ke-4)

2. Jurus Ampuh Mengatasi Oknum Wartawan Nakal (kini cetakan ke-2).

Pemasaran buku tersebut cukup bagus, karena saya biasanya menggunakan “pemasaran berlapis”.

-Lapis pertama yakni memasarkan buku lewat distributor buku, agar buku kita masuk ke berbagai toko buku di Indonesia. Kelebihannya: buku kita langsung tersebar ke berbagai toko buku. Kelemahannya: perputaran uang lambat (bisa 3-6 bulan baru cair untuk tahap pertama, seterusnya tiap bulan). Kelemahan lain: distributor lazimnya minta diskon sangat tinggi (kisaran 50 % – 65 % dari harga jual buku).

-Lapis kedua: yakni buku kita pasarkan secara langsung (bisa oleh kita sendiri atau oleh orang-orang kepercayaan kita) ke komunitas yang butuh buku tersebut. Contoh buku sertifikasi guru dipasarkan ke guru / sekolah, atau bisa juga lewat Dinas Pendidikan di berbagai daerah. Dengan diskon 40 % – 50 % mereka sudah sangat senang, dan dananya biasanya langsung cair.

-Lapis ketiga: yakni pemasaran bersamaan saya memberi ceramah atau mengisi seminar. Kebetulan saya belakangan ini sering diundang mengisi ceramah / seminar, untuk yang akan datang: akhir Maret 1 tempat di Malang, untuk April saya dapat order 6 kota (di Malang, Probolinggo, Slawi Tegal, Bandung, Garut serta Cianjur). Pada saat saya mengisi ceramah atau seminar, saya minta panitia menyediakan meja khusus yang menjual buku-buku tulisan saya dengan diskon 40 % dan lazimnya peserta seminar banyak tertarik sehingga laris manis dan dananya kontan. Mengapa peserta seminar diberi diskon hingga 40 % ? Itu untuk menarik minat, bukankah diskon tersebut tetap dibawahnya diskon  yang diminta distributor buku ? Apa tidak rugi ? Ya tidak, karena harga buku lazimnya dilipatkan 5 atau 6 kali dari biaya cetak buku.

Oh ya, buku ketiga saya yang diterbitkan self publishing, berjudul: Gus Dur Kiai Super Unik. Tanggal 20 Maret nanti buku selesai cetak. Selain dipasarkan biasa (toko buku via distributor), buku tersebut juga akan saya pasarkan ke seputar Kompleks Makam Gus Dur di Tebu Ireng Jombang (saya sudah memperoleh agen yang mengkordinir 30 lebih asongan buku di sekitar makam Gus Dur). Selain itu juga bakal dipasarkan di terminal, stasiun dan kelenteng, serta masjid Ceng Ho.

Dengan pemasaran berlapis seperti itu, kembalinya modal cepat dan buku bisa laris manis. Semoga buku GUS DUR KIAI SUPER UNIK tetap bisa laris manis.

Read Full Post »

Oleh: Drs. H. Muhammad Zen

Sejak masa reformasi bergulir, kebebasan pers di Indonesia mulai tergelar. Ironisnya, bersamaan dengan hadirnya kebebasan pers, juga merebak banyak sekali “Wartawan Gadungan” atau “wartawan  nakal” yang ulahnya justru merepotkan masyarakat. Aksi mereka ini amat meresahkan pejabat dan pengusaha, karena sering diperas. Selain itu munculnya oknum wartawan nakal juga mencemarkan nama baik  wartawan profesional.

Untuk mengantisipasi merebaknya ulah oknum wartawan nakal, saya sejak akhir Oktober 2009 lalu meluncurkan buku berjudul “Jurus Ampuh Mengatasi Oknum Wartawan Nakal”. Buku setebal 200-an halaman ini saya tulis sendiri dan saya terbitkan sendiri (pakai bendera: Cakrawala Media Publisher). Buku ini hasil infestigasi dan olah strategi, karena saya sudah lebih dari 27 tahun berkecimpung di dunia wartawan (pernah jadi wartawan koran mingguan di Yogya, koran harian nasional di Surabaya, majalah wanita di Jakarta, serta kini jadi wartawan TV nasional untuk wilayah Malang).

Untuk sementara buku ini belum masuk toko buku, tetapi peredarannya baru di lingkup seminar / lokakarya, serta sales langsung dari kantor ke kantor. Lokakarya digelar di Malang Jatim(Oktober 2009) dan Pekalongan Jateng (Desember 2009). Kemudian yang akan datang, 11 Februari nanti di Brebes Jateng, serta 25 Februari di Cirebon Jabar. Sedang sales dari kantor ke kantor dilakukan sejumlah sahabat saya di Bali, Kudus dan Bandung.

Meski demikian, buku tersebut kini sudah memasuki cetakan kedua, karena cukup laris manis di pasaran. Mengapa belum masuk toko buku ? Saya sebetulnya punya jaringan toko buku di berbagai daerah di Indonesia, juga punya jaringan dengan distributor buku. Namun sementara pemasaran via toko  buku dipending dulu karena kembalinya dana (modal untuk biaya cetak ulang) agak lama. Jika lewat seminar / lokakarya atau sales ke kantor-kantor, pemasukan dananya cepat, bisa untuk segera cetak ulang. Tentu saja yang jadi panitia seminar / sales ke kantor-kantor bukan saya, tapi sejumlah sahabat saya yang bertebaran di berbagai pelosok Indonesia.

Para  panitia seminar biasanya lumayan untungnya, karena tiket dijual cukup tinggi tapi laris. Buku yang dijajakan ke kantor, juga dijual mahal dan laris. Mengapa ? Karena sangat banyak pejabat atau pengusaha yang pernah dikerjain oleh oknum wartawan nakal. Karena itu saat ditawari ikut seminar dengan topik mengatasi wartawan nakal, atau ditawari bukunya saja, mereka banyak yang langsung ok.

Tertarik menggelar seminar bertema “Strategi Mengatasi Oknum Wartawan Nakal” atau mengedarkan bukunya saja di daerah Anda ? Boleh saja. Silahkan kontak saya di 08123383495 (Muhammad Zen).

Salam damai dari Kota Apel Malang Jawa Timur

Read Full Post »

Oleh: Drs. H. Muhammad Zen

Terjun di Self Publishing alias menerbitkan buku karya sendiri, sering didambakan banyak penulis. Banyak keunggulan jika penulis bersedia serta “berani” menerbitkan karyanya sendiri.

Namun terjun di self publishing juga tidak mudah. Penulis harus benar-benar mampu membuat buku yang layak pasar, jika memang ingin berhasil dalam self publishing. Sebab jika buku itu kurang layak pasar, meski mungkin menurut kita bagus, maka penjualan di pasaran jadi seret dan modal yang sudah kita keluarkan akan sulit kembali.

Agar bisa membuat buku yang layak pasar, kadang-kadang kita memang harus mengorbankan idealisme. Kalau kita menuruti idealisme, mungkin menurut kita sangat bagus tetapi ternyata di pasaran masyarakat jarang tertarik dengan buku itu. Padahal jika buku gagal di pasar, kita sendiri yang rugi besar, karena semua permodalan kita yang menanggung.

Sebaliknya jika buku layak pasar, keuntungan self publishing cukup menggiurkan.  Karena buku baru terjual antara 25 hingga 30 persen, kita sudah BEP alias sudah kembali modal. Jadi jika buku itu laris, bisa diterima pasar, kancah self publishing ini memiliki prospek bagus.

Pengalaman saya sudah 2 buku yang saya terbitkan sendiri:

Yang pertama berjudul : Kiat Sukses Mengikuti Sertifikasi Guru. Buku ini laris manis karena saat buku awal terbit (akhir 2007) gairah guru untuk ikut sertifikasi sangat luar biasa. Kini buku tersebut sudah cetakan ketiga.

Kedua berjudul: Jurus Ampuh Mengatasi Oknum Wartawan Nakal. Buku ini terbit Oktober 2009 dan kini sudah memasuki cetakan kedua.  Padahal saya belum memasukkan buku ini ke toko buku, pemasarannya sementara dalam bentuk kerjasama dengan EO Seminar  dan penjualan langsung via sales khusus. Sales khusus baru menggarap Malang, Bali dan Bandung. Sedangkan seminar baru di Malang Jatim dan Pekalongan Jateng. 

 Tapi bulan Pebruari 2010 nanti, saya ceramah di Pasuruan Jatim, Brebes Jateng dan Cirebon Jabar. Saat ini buku cetakan pertama tinggal 300 eks (semula cetak 1.000 eks), dan cetakan kedua saya cetak 2.000 eks. Mengapa berani cetak banyak ? Karena peserta seminar di Brebes saja rencananya di atas seribu orang (dibagi dalam 3 hari).  Seminar temanya mirip judul buku saya, tentang Strategi mengatasi wartawan nakal, biaya seminar agak lumayan mahal tapi semua peserta dapat buku tulisan saya.

Buku cukup laris….alhamdulillah

Read Full Post »

Sudah cukup lama saya tidak menulis di blog ini. Sudah sekian bulan rasanya, sehingga terasa kangen sekali.

 

Buat sejumlah teman yang selama ini sering saling kunjung, maaf agak lama saya tidak mengunjungi  rumah maya ini. Penyebabnya memang karena kesibukan yang sering menumpuk.

 

Oh ya, sejak Mei lalu saya aktif di organisasi wartawan, maklujm latar belakang saya memang seorang jurnalis. Saya bekerja sebagai Jurnalis di MNC Grup (RCTI, TPI dan Global TV) untuk Wilayah Kota Malang. Saya terhitung mulai Mei 2008 masuk di Kepengurusan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Malang Raya, sebagai Wakil Ketua.

 

Cukup banyak liku-lku menekuni organisasi kewartawanan semacam PWI. Beragam suka dan dukanya, tapi yang jelas amat dinamik dan menggairahkan. Nanti liku-liku berkecimpung di kancah organisasi wartawan, bisa saya tulis tersendiri.

 

Oh ya, selain sibuk memburu berita, mengurusi organisasi wartawan, serta mengelola penerbitan buku, saya mulai semester ini juga kuliah lagi. Saya  kuliah ambil S-2 di Pasca Sarjana Universitas Islam Malang (Unisma) program Magister Manajemen. Liku-likunya juga cukup menarik, maklum latar belakang Sarjana saya adalah disiplin Filsafat dari UGM Yogya.

 

Oke, sekian dulu, nanti kita sambung lagi. SEmoga saya bisa kembali aktif mengisi blog ini. Salam dari Kota Apel Malang

Read Full Post »

Akhir-akhir ini banyak anak muda mulai menggandrungi bekerja di kancah jurnalistik atau wartawan. Banyaknya minat anak muda ke dunia wartawan ini, merupakan hal yang wajar dan logis. Sebab wartawan merupakan salah satu profesi yang amat fleksibel, jauh berbeda dengan profesi yang lain.  

Sosok wartawan bisa berada di mana saja dan kapan saja, serta selalu memiliki alasan kuat karena untuk kepentingan pengembangan liputan atau mencari berita. Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh wartawan yang pandai menjalin hubungan dengan pihak lain, untuk pengembangan diri dengan spesialisasi tertentu.  

Namun  tingkat fleksibel kancah kewartawanan juga tetap terbatas. Pekerjaan seorang wartawan memang amat fleksibel, terutama di saat kondisi berita sedang sepi atau tidak terlalu padat. Namun pada saat frekuensi berita demikian padat dan kualitas beritanya amat penting, maka profesi ini tiba-tiba berubah jadi kaku dan keras. Jika tiba-tiba muncul berita yang amat dahsyat dengan skala pemberitaan level nasional atau internasional, maka seorang wartawan dituntut harus secepat kilat terjun melakukan liputan. Terlambat sedikit saja, maka hasil liputan wartawan tersebut akan tertinggal, dibandingkan dengan media massa yang lain. 

Salah satu contoh saat di kawasan Kota Batu Malang Jawa Timur, muncul berita tewasnya gembong teroris Doktor Azahari. Wartawan yang berada di Malang dan sejumlah daerah di Jawa Timur, tituntut secepat kilat terjun ke kawasan tersebut melakukan liputan. Bahkan sejumlah wartawan dari Jakarta dan kota-kota lain di tanah air, demikian gigih berjuang keras agar bisa secepatnya sampai ke Kota Batu Malang, untuk liputan tertembaknya Doktor Azahari.  

Hal ini patut dimaklumi, mengingat peristiwa tewasnya gembong teroris tersebut merupakan peristiwa dahsyat dan amat penting untuk konsumen media massa. Baik media massa daerah, nasional maupun internasional, semua menilai kasus tewasnya Doktor Azahari adalah berita penting. Pada saat itulah kondisi wartawan amat ketat, tidak boleh tertinggal sedikit pun dan seandainya ada kepentingan lain maka harus segera ditinggalkan demi untuk liputan kasus tersebut.  

Namun di saat kondisi berita relatif sepi atau stabil, profesi wartawan memang bisa dibilang fleksibel. Karena fleksibelnya profesi tersebut, maka seorang wartawan bisa saja kerja sambilan sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi, jadi guru, makelar tanah bahkan ada yang jadi makelar kasus (biasa disebut markus). Selain itu banyak pula wartawan yang lantas terjun ke kancah politik menjadi pengurus Parpol atau bahkan ada yang jadi anggota DPRD dan DPR, berkat adanya kedekatan saat liputan dengan tokoh Parpol tertentu.  

Ada bahayanya ? Bisa jadi, tapi itulah kenyataan yang sering terjadi. Bagaimana menurut Anda ?

Salam dari Kota Apel Malang

mhzen@yahoo.com  dan mzenmzen@plasa.com

Read Full Post »

Oleh: Muhammad Zen 

Jurnalis TV, Penulis Buku, Trainer 

Anda ingin jadi wartawan ? Keinginan untuk jadi wartawan merupakan hal yang bukan tidak mungkin untuk direalisasi. Jadi wartawan itu gampang, asal tahu caranya.  Pasalnya, pada dasarnya semua orang bisa dan memiliki potensi jadi wartawan.

Semua orang asal memiliki niat yang serius dan berjuang keras merealisasikannya, pasti bisa jadi wartawan.  Asal seseorang bersedia bekerja  serius dengan menerapkan strategi yang tepat, maka dia akan dengan mudah jadi wartawan.

Menekuni profesi wartawan memang membutuhkan minat yang keras membaja, serta serta strategi yang jitu. Tanpa adanya dua hal tersebut, maka angan-angan untuk menjadi wartawan hanya akan tinggal angan-angan semata.  Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki, jika seseorang ingin terjun menekuni karir sebagai wartawan.

Di antaranya yakni memiliki potensi kecerdasan otak yang bagus, tangguh dalam bekerja, semangat hidup yang membaja dan pantang menyerah. Selain itu persyaratan lain yang harus dimiliki calon wartawan, yakni kondisi fisik yang prima serta mudah menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan sosial.  

Potensi kecerdasan otak yang encer atau bagus memang mutlak dimiliki oleh seorang calon wartawan. Sebab saat membikin berita, seorang wartawan dituntut mampu menyajikan berita yang enak dibaca dan memikat orang. Dalam kondisi inilah. Kecerdasan seseorang mendapat ujian berat. Dia harus mampu menyajikan kalimat yang sederhana tapi memikat, menceritakan beragam perostiwa hasil liputan yang telah dilakukan.  

Tanpa adanya kecerdasan otak, seorang wartawan akan kebingungan saat membikin berita. Memang ada teori khusus untuk membikin berita tersebut, yang biasanya dipelajari di kampus yang mengkaji ilmu telekomunikasi atau ilmu jurnalistik. Namun apapun teori penulisan berita, semua wartawan tidak akan bias membuat berita yang baik, tanpa didukung dengan pemikiran yang cerdas.  

Seorang wartawan juga harus memiliki sikap tangguh dalam bekerja, karena pekerjaan dalam jurnalistik bukan pekerjaan enteng. Banyak pahit getir yang harus dirasakan, bagi seseorang yang terjun dikancah wartawan. Jika seorang mudah putuh asa lembek atau lemah, maka dia akan kerepotan jika terjun sebagai wartawan.  

Saat ditugaskan meliput berita didaerah terpencil misalnya, jelas dibutuhkan ketangguhan fisik bagi seorang wartawan. Demikian juga jika seorang wartawan diterjunkan dikawasan bencana, misalkan meliput bencana tsunami atau banjir besar, jelas dibutuhkan kondisi kesehatan yang benar benar prima.  

Meski demikian, kancah wartawan memiliki keasyikan sendiri seorang wartawan terjun ke lapangan, meliput kondisi bencana yang demikian dahsyat dan memprihatinkan, merupakan tantangan yang harus dijawab. Ketika wartawan tersebut mampu meliput secara maksimal maka yang bersangkutan akan mendapatkan kepuasan yang tak ternilai harganya. Lebih lagi jika hasil liputan wartawan tersebut mendapat pujian dari redaktur, atau mendapat tanggapan positif dari masyarakat luas. 

Bagaimana dengan Anda ? Apa tertantang dengan hiruk pikuk kancah wartawan ? 

Penulis bisa dihubungi di email: mhzen@yahoo.com atau mzenmzen@plasa.com

Salam Sukses Dari Kota Apel Malang 

Read Full Post »